Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Panduan Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia Sd, Smp, Sma)


RESUME BUKU
Psikologi Perkembangan Peserta Didik
 (Panduan Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia Sd, Smp, Sma)
Penulis: Dra. Desmita, M.Si

(SERTAKAN SUMBER KETIKA  MENGCOPY)

Bab 1. Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Psikologi Perkembangan adalah Ilmu yang secara khusus membahas tentang aspek-aspek atau perkembangan peserta didik dari tahap usia sekolah dasar dan sekolah menengah. Tujuan psikologi perkembangan peserta didik untuk mempelajari perubahan tingkah laku baik postif maupun negatif (penyimpangan) pada peserta didik. Manfaat psikologi perkembangan bagi calon guru yakni untuk memungkinkan guru memahami apa yang dibutuhkan, diminati dan diharapkan serta apa yang hendak dicapai oleh peserta didik sesuai dengan tingkat atau jenjang perkembangan yang tengah dialami.
Bab 2 Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan adalah serangkaian perubahan secara terus menerus yang menuju ke tahap kematangan yang melalui tahapan satu ke tahapan berikutnya yang lebih maju sehingga menghasilkan bentuk atau ciri kemampuan yang baru. Fase-fase perkembangan , yankni penahapan atau periodesasi rentang kehidupan.
a.       Periodesasi perkembangan berdasarkan ciri-ciri biologis. Aristoteles , perkembangan manusia sejak lahir hinggan usia 21 dilalui dalam 3 masa yakni fase anak kecil (masa bermain) usia 0-7 tahun, fase sekolah (masa belajar) usia 7-14 tahun ditandai berfungsinya kelenjar-kelanjar kelamin, fase remaja (pubertas) usia 14-21 tahun, peralihan dari anak menjadi dewasa.
b.      Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep didaktif. Johann Amos Comenius. Membagi fase berdaskan tinngkat skolah  yakni: 0-6 tahun yaitu sekolah ibu dimana memperoleh pengetahuan dasar dari asuhan ibunya. 6-12 tahun yaitu sekolah bahasa ibu, dimana anak mulai belajar bahasa ibu (vernacula). 12-18 tahun yaitu sekolah bahasa latin, diajarkan bahasa latin sebagai bahasa asing. 18-24 tahun yaitu sekolah tinggi dan pengembaraan, masa mengembangkan kemaunnya dan memilih kehidupannya.
c.       Periodesasi perkembangan berdasarkan Ciri-ciri psikologis. Oswald Kroch, membagi menjadi tiga tahap yaitu Fase anak awal usia 0-3 tahun di tandai dengan anak serba membantah dan menentang karena ada kesadaran akan kemauannya. Fase keserasian sekolah usia 3-13 tahun ditandai sama denan fase pertama yakni suka membantah dan menentang terutama pada orangtua karena keyakinan yang dianggapnya benar. Fase kematangan usia 13-21 tahun ditandai mulai menghargai pendapat lain, toleransi, menyadari bahwa oranglain juga memiliki hak yang sama.
d.      Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep tugas perkembangan. Robert J havighurst membagi menjaidi 6 fase yaitu Masa bayi dan kanak-kanak umur 0-6 tahun. Masa sekolah atau pertengahan anak-anak usia 6-12 tahun. Masa remaja usia 12-18 tahun. Masa awal dewasa usia 18-30 tahun. Masa dewasa pertengahan usia 30-50 tahun. Masa tua usia 50 tahun keatas.
e.       Periodesasi perkembangan menurut konsep islam. Menurut periode kelahiran hingga meninggal terdiri dari beberapa fase yaitu fase neo-natus dari kelahiran hingga usai 4 minggu. Fase al-thifl (kanak-kanak) usia 1bulan -7 tahun. Fase tamyiz usia 7-12 tahun dimulai ketika anak dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Fase balgih usia 15-40 tahun ditandai dengan ciri seks primer. Fase kearifan dan kebijakan usia 40 tahun keatas, yang berarti telah memiliki kesadaran emosional, moral dan spiritual yang dalam. Fase kematian dimana nyawa telah hilang dari jasadnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yakni faktor dari dalam diri individu yakni bakat atau pembawaan. Faktor yang berasal dari luar diri individu yaitu makanan, kebudayaan dan ekonomi. Faktor-faktor umum yaitu intelegensi yang bermakna tingginya tingkat intelegensi erat kaitannya dengan kecepatan perkembangan. Karakteristik umum perkembangan peserta didik: Karakteristik anak usia sekolah dasar (SD), anak usia sekolah dasar lebih suka bermain, bergerak, melakukan suatu hal secara langsung sehingga guru harus dapat mengembangkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan (permainan) serta pengalaman konkret. Karakteristik anak usia sekolah menegah (smp), usia 10-14 tahun mulai timbul ciri seks sekunder, reaksi dan emosi tidak stabil, cenderung ambivalensi, yakni ingin menyendiri dan bebas dari bimbingan orang tua, untuk itu guru diharapkan mampu menerapkan pendekatan yang memperhatikan perbedaan individual.  Karakteristik anak usia remaja (smp/sma) usia 12-21 tahun yakni masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Ditandai dengan dapat bersosial, mandiri, dapat bertanggung jawab. Sehingga, guru perlu memenuhi kebutuhannya dengan menerapkan model pembelajaran yang kritis, menyediakan fasilitas untuk mengembangankan ketrampilan sesuai minat nya.
Bab 3. Variasi Individual Peserta Didik
Peserta didik adalah seseorang yang berusaha mengembangakan dirinya melalui proses yang disebut pendidikan. Peserta didik sebagai makhluk individual, yang suatu perseorangan yang tidak dapat dibagi dan memiliki pribadi atau jiwa yang unik dan berbeda dengan individu yang lainnya. Perbedaan individual peserta didik: Perbedaan  fisik-motorik yakni seperti bentuk badan, tinggi badan, warna kulit, jenis kelamin, suara dan seperti golongan darah.  Perbedaan intelegensi setiap peserta didik yang berlainan. Perbedaan kecakapan bahasa antar anak yang berbeda-beda ada yang dapat bicara dengan lancar dan jelas namun ada pula anak yang gagap, berbelit-belit dan tidak jelas. Perbedaan psikologis, ada anak yang mudah marah, gampang senyum, egois, berjiwa sosial, pemurung, pemalas.  Adanya karakteristik indivdu yang di pengaruh oleh faktor bawaan dan lingkungan membawa implikasi terhadap proses pendidikan di sekolah, sehingga proses pendidkan harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik secara individu.
Bab 4. Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan adalah suatu hal yang harus dipenuhi.  Kebutuhan peserta didik dan implikasinya terhadap pendidikan yang perlu diperhatikan oleh guru
a.    Kebutuhan jasmaniah , kebutuhan dasar seperti makan, minum, pakaian, bergerak, bermain dan terhindar dari ancaman.
b.    Kebutuhan akan rasa aman, karen sekolah yang efektif ditentukan oleh suatu lingkungan yang aman dan nyaman untuk belajar.
c.    Kebutuhan akan kasih sayang, karena bila peserta didik mendapat kasih sayang akan senang, betah dan bahagia saat belajar di dalam kelas.
d.   Kebutuhan akan penghargaan, bila peserta didik merasa di remehkan, diabaikan maka sikapnya terhadap diri dan lingkungannya akan berubah menjdai negatif oleh sebab itu guru harus menumbuhkan rasa saling menghargai antara peserta didik.
e.    Kebutuhan akan rasa bebas terhindar dari kungkungan dan ikatan yang membuat diri peserta didik tidak dapat bebas melakukan keinginanya.
f.     Kebutuhan rasa sukses dimana peserta didik merasa senang bila berhasil mengerjakan suatu hal dan mendapatkan prestasi atau penghargaan dalm bentuk apapun.
Bab 5. Perkembangan fisik peserta
Karakteristik perkembangan fisik peserta didik
1.      Keadaan berat badan dan tinggi badan anak usia sekolah dimana pada usia 6 tahun anggota badan masih relatif pendek, berat rata-rata 22,5 kg dan pada usia 12 tahun berat badan meningkat, kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul membesar.
2.      Masa pubertas (10-14 tahun) mengalami perubahan fisik dan proposrsi tubuh yang cepat dan membesar, kematangan seksual di tandai dengan ciri seks primer yakni haid dan mimpi basah  dan ciri seks sekunder seperti dada melebar, suara memberat, tumbuh jakun pada laki-laki sendangkan pada perempuan pnggul membesar, suara menjadi halus.
3.      Perkembangan motorik anak usia sekolah dasar. Perkembangan motorik anak lebih halus, sempurna dan terkoordinasi dengan baik.
4.      Masa pubertas, pada msa ini kekuatan otot anak akan berlipat ganda karena terbentuk sel otot baru yang banyak.
Bab 6. Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Perkembanagn kognitif peserta didik, yakni aspek pengetahuan. Perkembnagan kognitif menurut Piaget, dibagi menjadi 4 tahap dari pemikiran masa bayi hingga masa  dewasa : tahap Sensorimotor usia 0-2 tahun bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoodinasian pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Tahap Pra-operasional usia 2-7 tahun, anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar dengan melalui indrawi dan tindakan fisik. Tahap konkret-operasional usia 7-11 tahun , dimana anak dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda. Tahap operasional formal usia 11 tahun (dewasa) remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis dan lebih idealistik.
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik: Usia sekolah dasar , pemikiran berupa konkret-operasional dimana terfokus pada objek-objek yang nyata pada pengalaman yang dialaminya, anak telah dapat mengkonservasikan angka, serta dimensi-dimensi lain seperti isi dan panjang. Remaja (SMP dan SMA) secara umum pemikiran remaja pada tahap operasional formal di perolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.  Pengaruh teori Piaget bagi guru di sekolah yaitu dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan eksperimen objek fisik dan fenomena alam, menjadi acuan dalam menginterpretasikan tingkah laku siswa dalam mengembangkan rencana pelajaran, memberikan petunjuk bagi para guru dalam memimilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yg berbeda.
Bab 7. Perkembangan Proses Kognitif
Kencenderungan perkembangan kemampuan kognitif anak melalui persepsi yaitu proses menyangkut masuknya infromasi kedalam otak. Perkembangan memori selama masa awal kanak-kanak memori jangka pendek telah berkembang dengan baik namun setelah usia 7 tahun tidak terlihat adanya peningkatan yang berarti sedangkan pada memori jangka panjangnya terlihat ada peningkatan seiring dengan penambahan usia selama masa usia sekolah karena bergantung pada kegitan beljar dan mengingat informasi. Atensi (perhatian ) yakni konsentrasi terhadap suatu hal dapat juga berarti penerimaan beberapa pesan pada suatu waktudan mengabaikan semua pesan kecuali pesan tertentu. Dikarenakan anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi dalam pengetahuan dan keahlian, guru dipandang sebagai pembimbing kognitifnya seperti mengajak peserta didik untuk memfokuskan perhatian, mendorong peserta didik untuk menata informasi yang akan dimasukan kedalam memori agar dapat mendorong peserta didik untuk mengingat informasi menjadi lebih baik.
Bab 8. Perkembangan Keterampilan Kognitif
Metakognitif yaitu pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya yang menggugah rasa ingin tahu. Pengetahuan metakognitif mulai berkembanga pada usia 5-7 tahaun dan terus berkembang selama usia sekolah, remaja bahkan sampai dewasa. Pada usia 7-8 tahun kemampuan metakognitif anak akan meningkat secara mencolok karen anak telah mennyadari kehendak sadar dari pikirannya sendiri.  Implikasi perkembangan keterampilan kognitif terhadap pendidikan karena kemampuan metakognitif adalah aspek penting dakam meningkatkan prestasi belajar siswa maka guru berupaya untuk mengembangkannya melalui pengajaran dan penganjuran untuk menggunakan strategi belajar yang sesuai.
Gaya Kognitif, merupakan karakteristik individu dalam penggunaan fungsi berpikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan memproses informasi secara konsisten dan berlangsung lama. Tipe gaya kognitif diantaranya Gaya impulsif dan reflektif . Field dependece dan independence. Perkembangan gaya kognitif, pada usia 10 tahun anak menjadi lebih reflektif namun setelah usia 10 tahun mereka mulai merespons lebih cepat meskipun masih melakukan kesalahan. Implikasi perkembangan gaya kognitif terhadap pendidikan. Dengan adanya perbedaan gaya kognitif pada individu, guru dapat memahami siswa dengan cara pendekatan yang berbeda-beda Perkembangan pemikiran kritis dan implikasinya  terhadap pendidikan, guru dapat berperan sebagai pemandu siswa dalam menyusun pemikiran mereka sendiri.
Bab 9. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara postif dan negatif. Dimensi konsep diri yakni pengetahuan akan dirinya sebagai pribadi, harapan yang berisi cita-cita diri untuk menjadi manusia yang diharapkan, penilaian yakni pandangan terhadap diri sendiri. Konsep diri dan perilaku yaitu perilaku individu selaras dengan cara individu memandang dirinya , misalnya bila  ia memandang dirinya  mampu melakukan tugasnya  maka seluruh perilakunya juga akan menunjukkan kemampuan utuk melaksanakannya. Kosep diri dan prestasi belajar yakni apabila memiliki konsep diri yang positif maka akan memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah karena  memiliki penilaian diri yang tinggi.
Bab 10 Perkembangan Kemandirian Dan Penyesuaian Diri Peserta Didik
Kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas . Bentuk kemandirian yaitu Kemandirian emosi yakni mampu mengontrol emosi, Kemandirian ekonomi, yakni mampu mengatur ekonomi sendiri tidak tergantung pada orang lain, Kemandirian intelktual yakni kemampuan mengatasi berbagai msalah yang dihadapi, Kemandirian sosial, yakni mampu mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain. Implikasi kemandirian peserta didik dan impilikasi terhadap pendidikan. Upaya yang perlu dilakukan yakni mengembangakan proses belajar mengajar yang demokratis, mendorong untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, memberi kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan.
Bab 11. Perkembangan Resiliensi Peserta Didik
Resiliensi dalah kemampuan yang untuk menghadapi,mencegah, meminimalkan bahkan menghilangkan dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan (bertahan dalam situasi yang stressfull).
Upaya pengembangan resiliensin peserta didik dan impilksinya terhadap pendidikan
·         Tahap 1 Increase bonding yakni tahap memperkuat hubungan antar individu.
·         Tahap 2 set clear dan consistent boundaries yakni tahap menjelaskan dan menjaga konsistensi dari peraturan yang berlaku di sekolah.
·         Tahap 3 Teach life skills yakni tahap mengajarkan keterampila hidup (life skill) meliputi kerja sama, resolusi konflik secara sehat, resistensi, ketermpilan berkomunikasi, keterampilan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.
·         Tahap 4 provide caring dan support yakni tahap pemberian pengahrgaan, perhatian dan dorongan postif.
·         Tahap 5 set and communicate high expectations yakni tahap memberikan harapan tinggi dan realistis sebagai motivator yang efektif bagi siswa.
·         Tahap 6 provide opportunities for meaningful participation yakni tahap memberikan tanggung jawab dan kesempatan untuk berpatisipasi aktif seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, bekerjasama dan menolong orang lain.
Bab 12. Perkembangan Hubungan Interpesonal Peserta Didik
Hubungan terjadi karena saling mempengaruhi antara keluarga, teman sebaya dan sekolah. Keluarga (orangtua sebagai landasan kokoh dalam masa transisi), guru dan sekolah (memberikan penguatan dan dukungan dalam menemukan identitas remaja) teman sebaya (membangun persahabatan merupakan perkembangan interpersonal seorang anak) Pengaruh yang baik dari ketiganya akan menghasilkan perkembangan yang baik bagi diri peserta didik.
Bab 13. Perkembangan Tingkah Laku Prososial Peserta Didik 
Tingkah laku prososial adalah tingkah laku postif yang mengutungkan atau membuat kondisi fisik/ psikis seseorang lebih baik atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards. Sumber tingkah laku prososial yakni endosentris dari dalam diri individu, eksosentris yakni dari dunia eksternal  Faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial yakni orang tua yang melatih anak  berperan dalam menolong. Teman sebaya, televisi anak akan meniru tingkah laku menolong dnegan mengidentifikasikan karakter yag dilihat di televisi.
14. Perkembangan Moral Dan Spiritual Peserta Didik
Moral adalah bertindak didasarkan atas penilaian baik buruknya sesuatu. Perkembangan spiritualitas yakni kesadaran tentang diri, dan kesadaran individu tentang asal, tujuan dan nasib. Agama tanpa spiritualitas adalah kering dan spritualitas tanpa agama adalah lumpuh.
Bab 15. Probles stress sekolah dalam perkembangan peserta didik

Stres sekolah adalah kondisi stres atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa akibat adanya tuntutan sekolah yang dinilai menekan  sehingga memicu terjadinya ketegangan fisik, psikologis dan perubahan tingkah laku serta dapat memengaruhi prestasi belajar. Upaya mengatasi problem stres belajar: Menciptakan iklim sekolah yang kondusif , menyenagkan. Melaksanakan program pelatihan penanggulangan stress. Mengembangkan resiliensi peserta didik untuk mencegah meminimalkan menghadapi dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan dan tekanan hebat dalam dunia sekarang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar